Suara Ibu Windi yang manis masih terngiang di telinga Eva saat ia berjalan pulang. "Aktingmu bagus, Eva. Kamu sangat menghayati peranmu.Terus kembangkan bakatmu.Siapa tau kamu bisa jadi bintang sinetron !"
Sekolah Eva akan mengadakan Pentas Kesenian. Kelas Eva akan menampilkan sandiwara Bawang Merah dan Bawang Putih. Petang tadi Eva dan kawan-kawan berlatih di bawah bimbingan ibu guru, ibu Windi. Eva yang berperan sebagai Bawang Merah.Ia sangat senang. Duh, alangkah bangganya bila ia bisa seperti Sherina atau Tasya.
Sementara itu jalan aspal yang di lalui Eva tampak semakin kelabu. Jalan itu sangat sunyi. Pohon-pohon besar berbaris di kiri dan kanan jalan. Namun, tiba-tiba Eva mendengar suara aneh klok-klok....
Di kesunyian senja, bunyi itu terdengar jelas. Bunyi apa itu? jantung Eva berdebar. Ia ingin menoleh, tapi tak berani. Orangkah? Hewankah? atau.... Eva tak berani menyebut kata hantu.
Eva mempercepat langkahnya. Aneh ! bunyi klok-klok di belakangnya itu juga semakin cepat. Penasaran, Eva memperlambat jalannya, satu demi satu bagaikan sedang meniti batu. Yaaa ampun! bunyi klok-klok itu pun melambat. Seolah sengaja menyamakan irama langkahnya dengan langkah Eva. Penasaran, Eva berhenti. Dan bunyi klok-klok itu pun berhenti. Eva semakin takut.
Hari sudah semakin gelap. Sekarang Eva menepi, tidak lagi berjalan di atas aspal. Ia berjalan di atas rumput di bawah pohon. Bunyi klok-klok tidak terdengar lagi. Eva merasa lega. "Aaahh mungkin tadi aku salah dengar." Eva menenangkan dirinya. Namun, baru saja ia melangkah beberapa meter, terciumlah bau bangkai busuk. Astagaaa, rupanya di depan ada bangkai seekor tikus besar. Eva menutup hidungnya dan turun ke jalan aspal lagi.
"Klok-klok....." bunyio itu terdengar lagi mengikuti irama langkahnya.
"Oh Tuhan, lindungilah aku !" Eva berdoa sambil berjalan. Ia merasa sangat bersyukur ketika melihat sebuah gerobak penjual rokok di bawah pohon.
"Aku akan beli permen di sana, kemudian melihat siapakah yang mengikutiku !" pikir Eva. Ia mempercepat langkahnya lagi dan bunyi klok-klok itu juga mengikutinya dengan cepat. Pak tua oenjual rokok sedang duduk terkantuk-kantuk.
"Pak, pak beli permen !" kata Eva sambil menyodorkan uang. Pak tua menyodorkan stoples dan Eva mengambil tiga buah permen.
"Pak, coba tolong lihat. Apakah di sana ada orang? tadi waktu aku berjalan, terdengar bunyi klok-klok yang aneh !" Eva minta tolong.
Bersama penjual rokok, Eva lalu turun ke jalan aspal, menengok ke arah yang sudah di lalui Eva tadi. Pak tua menyipitkan matanya agar dapat melihat dengan jelas. Eva sendiri tidak melihat siapa-siapa. Hanya jalan sunyi dan warna aspal yang semakin gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar